Pesan Menneg Ristek dan Inovasi Jepang
NINOK LEKSONO
Sukses riset bisa diukur dari tiga hal: Sukses secara akademik
karena makalah yang dihasilkan dikutip; berpotensi
ekonomis/komersial; dan memberi manfaat kepada masyarakat.
(Menneg Ristek Kusmayanto Kadiman, di depan Sidang Paripurna Dewan
Riset Nasional, Puspiptek, Serpong, 18 Desember 2007)
Bila sukses yang pertama dikaitkan dengan berapa banyak hasil
penelitian seseorang dikutip oleh peneliti lain (dicerminkan dalam
citation index), sukses kedua terkait dengan seberapa menarik satu
hasil penelitian dari sudut pandang investor. Apakah ia menjadi
inspirasi bagi lahirnya satu produk komersial yang bakal digemari
konsumen dan produsennya bakal untung besar.
Ketika delapan kelompok teknis di Dewan Riset Nasional menyampaikan
laporan kegiatannya selama setahun terakhir, boleh jadi pesan Menneg
Ristek yang terdiri dari tiga butir tadi akan selalu terngiang.
Pesan Menteri Kusmayanto sendiri relevan karena memang itulah yang
seyogianya menjadi panduan dalam pelaksanaan riset pada umumnya
meski riset ilmiah tidak selalu harus secara langsung menghasilkan
sukses kedua (komersial). Riset dasar di bidang sains sukses bila ia
dapat melipatgandakan sains yang diteliti, apakah itu studi mengenai
kosmologi ataupun matematika murni, dan dengan itu meluaskan
pengetahuan dan wawasan manusia tentang alam semesta.
Namun, melanjutkan wacana tentang inovasi dan entrepreneurship yang
pernah diangkat sebagai topik di forum ini beberapa waktu lalu,
elemen sukses komersial riset kembali akan diangkat dalam bahasan
kali ini.
Menneg Ristek tentu tidak bermaksud menganakemaskan elemen kedua,
tetapidi tengah masih sering munculnya pertanyaan kemanfaatan riset
hal itu lalu wajar mendapat perhatian kalangan peneliti. Aspek
kemanfaatan ekonomidalam konteks sumber daya yang terbatas
dibutuhkan. Sebagaimana citation index, boleh jadi di sini perlu ada
semacam economic usefulness index, diperlihatkan oleh seberapa
banyak satu temuan dibutuhkan oleh kalangan bisnis, dan bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing nasional.
Sukses Apple, surutnya Sony
Pada 13 Juni lalu di forum ini dikupas topik inovasi oleh perusahaan
Amerika, Apple Corp, yang kini sedang menikmati sukses penjualan
iPod, dan siapa tahu juga iPhone. Sukses Apple dalam inovasi secara
gamblang dilaporkan oleh majalah The Economist edisi 9 Juni 2007.
Kalau ada pihak yang masygul dengan sukses Apple, pihak itu amat
boleh jadi produsen elektronika konsumen Jepang. Mereka juga dengan
sedih akan bertanya, "Mengapa, kok, bukan kita yang menemukan iPod?"
Sesal itu bukan semata karena banyak orang Jepang senang nyetel iPod
sampai larut malam, tetapiseperti dilaporkan Christian Caryl di
Newsweek (10/12)karena iPod menjadi simbol menjalankan bisnis yang
supersukses.
Jepang pun lalu berintrospeksi. Masamitsu Sakurai, Chairman Ricoh,
belum lama ini berpidato bahwa iPod memang satu contoh produk
inovatif Barat yang sulit ditiru oleh Jepang karena manajemen yang
dianut sudah ketinggalan zaman.
Di satu pihak diakui bahwa Jepang punya reputasi sebagai negara
inovasi. Jepang juga rumah Sony, perusahaan yang sekali waktudi
tangan para pendirinya, Masaru Ibuka dan Akio Morita, yang
legendarismelambang
teknik dan pemasaran.
Sayang itu dulu. Sony yang diwariskan Morita sudah berubah jadi
konglomerat gemuk, dengan macam-macam minat, mulai dari keuangan
hingga ke film, sampai akhirnya keberatan beban. Karena Sony juga
punya divisi musik, eksekutifnya menggenggam erat hak cipta hingga
sistem distribusi yang dibangun jauh lebih tertutup dibandingkan
dengan Apple.
Tapi, biang krisis inovasi Jepang yang paling parah konon adalah
kultur korporasi yang sudah terbangun lama. Hierarki kaku di
perusahaan Jepang menciutkan nyali orang yang punya ide radikal.
Sulit dibayangkan lahir sosok muda dinamis seperti pendiri Google,
Sergey Brin dan Larry Page.
Tentu, masih ada sejumlah faktor lain yang juga disebut dalam
laporan ini, seperti promosi yang semata didasarkan pada senioritas
dan fakta bahwa Jepang bagus dalam kerja tim, tetapi tak biasa
memberi ruang pada individu genius.
Namun, semua itu tetap tak menutup kenyataan bahwa Jepang telah
membuktikan diri sebagai bangsa yang unggul. Bahkan, di tengah
dominasi pesaing, masih ada produk yang masuk dalam perkecualian,
seperti halnya Nintendo dan mobil hibrida Toyota Prius.
Menarik pelajaran
Ketika mengamati kemajuan dan kemunduran bangsa lain, bangsa
Indonesia semestinya bisa mendapat inspirasi dan menjadikannya
sebagai bahan pelajaran.
Tantangan Jepang sebagai bangsa yang sebelum ini sudah mencatat
sukses spektakuler tidak kalah besar, khususnya ketika harus
menghadapi alam globalisasi yang tampaknya belum sepenuhnya bisa
direspons dengan pas. Bisa dipertanyakan, apakah falsafah produksi
Toyota, "kaizen", atau perbaikan terus- menerus, masih memadai.
Bangsa Indonesia yang masih dalam "taraf belajar" di bidang riset
dan inovasi memang di satu sisi punya banyak pekerjaan rumah yang
harus segera dikerjakan. Namun, pada sisi lain, dalam posisi jauh
tertinggal di belakang, sebenarnya kita punya rujukan banyak di
depan mata.
Semuanya terpulang kepada diri kita, apakah kita bangsa pembelajar
atau bukan.
Dalam perspektif itu, apa yang disampaikan oleh Menneg Ristek di
depan sidang Dewan Riset Nasional terdengar aktual dan relevan.
Kusmayanto, mengambil analogi kendaraan, bertanya apakah riset-riset
peneliti Indonesia "Sudah berada di jalur yang tepat?", "Sudah
bergerak dengan kecepatan yang benar?", dan "aman dan nyaman?".
Sumber:
Kompas.com
Diskusi melalui web: http://forum.komputer-teknologi.net
Materi belajar SAP ABAP http://belajar-abap.blogspot.com
=======================================================================
SEBELUM kirim email ke mailing list ini, pastikan bahwa anda
1. INGAT etiket umum dan topik diskusi milist ini
2. PAHAM isi email untuk konsumsi umum, bukan perseorangan
3. GANTI subject email jika ganti topik
4. HAPUS bagian email lama tak relevan (TERMASUK FOOTER YANG SEDANG KAMU BACA SEKARANG).
5. TAHU Quota Max : 2 email/orang/hari untuk topik sama kecuali moderator.
6. Hanya moderator yang boleh mengirimkan attachment.
=========================================================================
Terlalu banyak email?
Kirimkan 1 email kosong ke :
Komputer-teknologi-digest@yahoogroups.com <-- 1 email rangkuman saja perhari.
Komputer-teknologi-nomail@yahoogroups.com <-- Libur panjang/cuti lebaran ==> no email dan cek lewat web.
Lain-lain:
Komputer-teknologi-normal@yahoogroups.com <-- kembali ke pengiriman email normal
Komputer-teknologi-owner@yahoogroups.com <--- alamat moderator
Komputer-teknologi-subscribe@yahoogroups.com <--- jika ingin berlangganan
Milis lainnya:
Penulis-Kom-Tek-subscribe@yahoogroups.com => majalah kom tek
Indo-Job-subscribe@yahoogroups.com => milis lowongan kerja
Bisnis-Karir-subscribe@yahoogroups.com => Pengembangan karir dan bisnis
Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com => Belajar bahasa Inggris
=====================================================================
Organisasi non-profit Indonesian Production and Operations Management
Society (IPOMS) - Turut Memajukan SDM dan Industri Indonesia.
Ingin mendaftar mailing list IPOMS dan manajemen produksi/operasi? Kirimkan email ke
APICS-ID-subscribe@yahoogroups.com
Mendaftar ke web di bawah lebih dianjurkan untuk mempercepat pendaftaran: http://finance.groups.yahoo.com/group/APICS-ID/
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Lowers Rates Again - $270,000 Mortgage for $1,498/Mo. No Credit Check Needed No Credit Check Needed - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar